Embun beku (frost)terjadi secara teratur di pegunungan di Jawa, dan hal ini perlu diterangkan karena asal-usulnya sering tidak dipahami dengan benar (S 1968).
Embun beku terjadi karena radiasi dari permukaan bumi ke arah angkasa luar dalam landaian atau gradasi yang disebut tadi. Kejadian ini menjadikan suhu udara rata-rata di atas Jakarta pada elevasi 5000 m mencapai 1½°C di bawah nol pada siang dan malam hari sepanjang tahun, lalu pada elevasi 10000 m turun menjadi 26°C di bawah nol, dan pada elevasi 15000 m mencapai 52°C di bawah nol, sebanding dengan suhu terendah yang pernah sesaat di Siberia. Kenyataan gamblang ini, yang sekarang lazim diumumkan kepada khalayak ramai dalam lalu lintas penerbangan, mengingat kita pada cangkang sangat tipis yang mewadahi evolusi biologi dalam planet bumi kita.
Radiasi dari permukaan bumi berlangsung siang-malam, tetapi selama siang hari diimbangi oleh penyinaran oleh matahari.
Radiasi dari permukaan bumi terjadi dari semua permukaan terbuka, seperti air, pantai, lahan, dedaunan tumbuhan, juga bahan-bahan membusuk seperti rumput layu, ranting mati, dsb. Radiasi dari permukaan bumi membuat bahan-bahan tadi mendingin sehingga udara yang bersentuhan dengan permukaan yang beradiasi pun mendingin.
Ada lima faktor yang melawan pendinginan menerus itu. Semuanya dapat dimengerti dengan mudah.
Pertama, panas matahari yang masuk selama siang hari di bawah elevasi salju abadi sudah cukup untuk mengusir embun beku. Namun, semakin tinggi elevasi kemampuan ini menurun karena di tempat-tempat lebih tinggi ’suhu awal’ menjadi lebih mendukung pembentukan embun beku ini.
Faktor kedua adalah, bahwa udara dingin lebih berat daripada udara tidak dingin. Lapisan udara dinginyang sangat tipis jika bersentuhan dengan banda-benda lain, akan turun da bercampur dengan udara yang lebih panas. Selanjutnya, jelas bahwa angin akan melawan akumulasi udara beku, sedangkan udara diam lebih kondusif untuk akumulasi udara beku.
Faktor ketiga adalah, bahwa radiasi dari permukaan bumi terhalang oleh semua bahan di atas permukaan bumi. Bahan-bahan ini berupa debu, kabut, awan, juga udara lembab yang jenuh, dan menyerap radiasi dari permukaan bumi. Dengan demikian jelas bahwa kondisi atmosfer yang kering dan bersih mendukung pembentukan beku.
Faktor keempat adalah, bahwa pendinginan benda-benda beradiasi yang disebut tadi diimbangi oleh panas yang dihantar dari substratum. Oleh karena itu jumlah panasnya tergantung pada daya hantar benda-benda tadi. Batuan, permukaan air, dan tumbuhan hidup tidak mendingin atau lebih lambat mendingin dibandingkan dengan ranting-ranting kering mati atau rerumputan layu kering dan lahan berpasir kering atau lapili yang memiliki kemampuan menahan panas tinggi karena daya hantarnya yang rendah.
Kelima, topografi daerah itu sendiri. jelas bahwa agar udara dingin terkumpul, udara dingin tersebut harus tidak begerak. Tampaknya cekungan dan relung-relung di permukaan bumi adalah tempat paling cocok untuk menyimpan selapis udara beku yang diam. Tempat-tempat seperti itu disebut “kantung-kantung embun beku’. Kantung0kantung seperti ini banyak ditemukan dipegunungan di Jawa, yaitu di alun-alun dan sawahan, di bekas-bekas kawah yang tertutup endapan.
Steenis, C. G. G. J., van. 2010.Flora Pegunungan Jawa.Bogor: LIPI Press